Coba anda ingat – ingat pelajaran SD, di dalam Tata Surya terdapat 9 planet yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus,dan Pluto. Itu pasti sudah ada di luar kepala anda.
Tetapi tidak terasa kita sudah semakin besar, kita pun tidak menyadari bahwa ada perubahan di dalam Tata Surya kita. Sejak tanggal 24 Agustus 2006 jangan sekali – sekali anda menyebutkan Planet Pluto, karma mulai saat itu Pluto tidak berhak lagi menyandang status Planet. Sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional (International Astronomical Union/IAU) Ke-26 di Praha, Republik Ceko, yang berakhir 25 Agustus, menghasilkan keputusan bersejarah dalam dunia astronomi dengan mengeluarkan Pluto dari daftar planet-planet di Tata Surya kita. Keputusan mengeluarkan Pluto yang sudah menjadi anggota Keluarga Planet Tata Surya selama 76 tahun merupakan konsekuensi ditetapkannya definisi baru tentang planet. Resolusi 5A Sidang Umum IAU Ke-26 berisi definisi baru itu.
Dalam resolusi tersebut dinyatakan, sebuah benda langit bisa disebut planet apabila memenuhi tiga syarat, yakni
1. Mengorbit Matahari
2. Berukuran cukup besar sehingga mampu mempertahankan bentuk bulat
3. Memiliki jalur orbit yang jelas dan "bersih" (tidak ada benda langit lain di orbit tersebut).
Dengan definisi baru tersebut, Pluto tidak berhak menyandang nama planet karena tidak memenuhi syarat yang ketiga. Orbit Pluto memotong orbit planet Neptunus sehingga dalam perjalanannya mengelilingi Matahari, Pluto kadang berada lebih dekat dengan Matahari dibandingkan Neptunus.
Itu sebabnya Pluto tidak lagi menyandang predikat Planet. Seperti kehilangan keluarga besar saja, padahal kita sudah mengenal Pluto sejak kecil. Bahkan sampai - sampai nama Pluto di pakai sebuah tokoh kartun. Kalian tahu Pluto nama anjing micky mous???yaaapzzz…. itu maksudnya.
Nama Pluto juga merupakan nama seorang dewa dari kebudayaan Romawi yang menguasai dunia kematian (Hades dalam kebudayaan Yunani). Nama ini diberikan mungkin karena benda angkasa ini sama gelap dan dinginnya dengan dewa tersebut,selain juga misteri yang menyelimutinya.
Lalu sekarang sebutan untuk Pluto apa????? Walaupun sekarang Pluto bukan sebagai planet lagi akan tetapi ada sebutan baru untuk benda luar angkasa ini, yaitu planet kerdil atau planet katai. Keluarga ini beranggotakan Pluto dan benda-benda langit lain di Tata Surya yang mirip dengan Pluto, termasuk di dalamnya asteroid terbesar Ceres, satelit Pluto, Charon, dan beberapa benda langit lain yang baru saja ditemukan.
Menurut Direktur Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, Dr Taufiq Hidayat, keputusan Sidang Umum IAU tersebut adalah puncak perdebatan ilmiah dalam astronomi yang sudah berlangsung sejak awal 1990-an lalu. Perdebatan tersebut dipicu berbagai penemuan baru yang menimbulkan keraguan apakah Pluto masih layak disebut planet atau tidak.
"Karakteristik Pluto memang berbeda dengan planet-planet lainnya. Bahkan komposisi kimianya lebih menyerupai komet daripada planet," ungkap astronom yang mendalami bidang ilmu-ilmu planet ini.
Selain itu, perkembangan teknologi teleskop juga membawa pada penemuan berbagai benda langit yang masuk dalam kelompok Obyek Sabuk Kuiper (Kuiper Belt Object/KBO). Sabuk Kuiper sendiri adalah sebutan untuk wilayah di luar orbit planet Neptunus hingga jarak 50 Satuan Astronomi (SA/1 Satuan Astronomi = jarak rata-rata Matahari-Bumi, yakni sekitar 149,6 juta kilometer) dari Matahari.
Beberapa KBO sangat menarik perhatian karena berukuran hampir sama atau bahkan lebih besar daripada Pluto (diameter 2.300 km) dan ada yang memiliki satelit atau "bulan". Beberapa obyek tersebut, antara lain, Quaoar (diameter 1.000 km-1.300 km), Sedna (1.180 km- 1.800 km), dan yang paling terkenal adalah obyek bernama 2003 UB313 yang ditemukan Michael Brown dari California Institute of Technology (Caltech) pada 2003 lalu. Obyek yang dijuluki Xena tersebut memiliki diameter 2.400 km, yang berarti lebih besar daripada Pluto. Xena sempat dihebohkan sebagai planet ke-10 Tata Surya.
Sejak saat itu, lanjut Taufiq, terjadi perbedaan pendapat di kalangan astronom. "Pilihannya adalah memasukkan Ceres, Charon, dan 2003 UB313 ke dalam keluarga planet sehingga jumlah planet menjadi 12, atau mengeluarkan Pluto. Akhirnya pilihan kedua yang disepakati," tutur mantan Ketua Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung ini.
Kesepakatan itu sendiri bukannya datang dengan mudah. Taufiq mengatakan, pengambilan keputusan itu bahkan dicapai dengan cara pemungutan suara di antara para anggota IAU yang hadir setelah didahului perdebatan yang sangat sengit. Empat astronom senior dari Indonesia turut serta dalam Sidang Umum IAU tersebut, yakni Jorga Ibrahim, Iratius Radiman, Suryadi Siregar, dan Ny Permana Permadi. Mereka belum bisa diwawancarai karena belum kembali di Tanah Air sampai tulisan ini dibuat.
Keputusan melepas status planet dari Pluto tentu saja sangat mengejutkan semua pihak. "Kata 'planet' dan gagasan tentang planet bisa menjadi sangat emosional karena itu adalah hal yang kita pelajari sejak kita masih kanak-kanak," ungkap Richard Binzel, profesor ilmu-ilmu planet dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang menentang "pemecatan" Pluto, seperti dikutip Associated Press.
Orang paling terpukul dengan keputusan ini adalah Patricia Tombaugh (93), janda Clyde Tombaugh, ilmuwan yang menemukan Pluto pada 18 Februari 1930. "Ini sangat mengecewakan dan sangat membingungkan. Saya tidak tahu bagaimana harus menghadapi ini, rasanya seperti kehilangan pekerjaan," tuturnya kepada AP dari rumahnya di Las Cruces , New Mexico .
Beberapa pihak memprediksi debat mengenai status Pluto tidak akan berakhir di sini. Alan Stern, ketua misi pesawat ruang angkasa NASA, New Horizon, yang diluncurkan ke Pluto, Januari lalu, mengaku merasa "malu" terhadap keputusan itu. Meski demikian, misi senilai 700 juta dollar AS dan baru akan tiba di Pluto pada 2015 itu tetap akan dilanjutkan. "Ini benar-benar sebuah definisi yang ceroboh. It's bad science. Ini belum selesai," ujar Stern.
Wajar saja pencopotan gelar planet dari Pluto memicu reaksi yang emosional. Pluto selama ini memiliki tempat tersendiri di hati para astronom, baik yang profesional maupun amatir. Pluto sering dianggap "Si Bungsu dari Tata Surya" karena jaraknya yang terjauh dari Matahari dan ditemukan paling akhir dibandingkan delapan planet lainnya.
Orbit Pluto yang sangat lonjong dan tidak sejajar dengan bidang lintasan planet lainnya juga membuat planet ini unik. Pluto juga sempat dianggap sebagai jawaban dari misteri Planet X, sebuah planet hipotetis yang diduga ada di luar orbit Neptunus dan menyebabkan gangguan pada orbit planet Uranus dan Neptunus. Meski ukuran Pluto kemudian terbukti terlalu kecil untuk menjadi Planet X, dugaan tersebut menjadi bagian dari legenda Pluto.
Selain itu, keputusan pencabutan Pluto dari keluarga planet Tata Surya ini juga membawa konsekuensi perubahan seluruh buku pelajaran, kamus astronomi, buku pintar, dan ensiklopedia di dunia yang sudah terlanjur mencantumkan Pluto sebagai planet ke-9. Bayangkan kerepotan yang akan terjadi.
(Sebagian di ambil dari Kompas dan http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1156677812)